Ngabuburit Sambil Berburu legen Di Desa Pedak
2 min read
SUARAJAVAINDO.COM- REMBANG. Bulan Ramadhon bulan penuh berkah bagi penjual Legen di desa Pedak. Di bulan ini banyak masyarakat Rembang yang ngabuburit bersama keluarga sambil beburu legend di kebun –kebun warga dan pemilik pohon bogor sekitar sawah maupun di ladang di sekitar Desa Pedak Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang.
Kehadiran para pemburu legen ini dimanfaatkan oleh masyarakat pedak untuk berlomba-lomba menarik pembeli , mereka membeuat lapak-lapak dari bahan bambu disepanjang jalur mulai dari desa Kedungrejo hingga masuk jalan desa Pedak hingga desa landoh.
Desa Pedak memang memiliki sumber daya alam pohon bogor atau buah siwalan yang tumbuh di persawahan dan dikebun-kebun. Hampir disetiap sudut desa pedak dikelilingi oleh tanaman bogor. Pohon bogor ini menghasilkan air legen minuman favorit khas warga Rembang di bulan Romadhon.
Suasana asri dengan nuansa kental tradisional nampak kental di desa ini. Hamparan persawahan nan hijau bila musim hujan tiba. Disertai dengan keramahan masyarakatnya membuat para pengunjung semakin bertambah senang untuk berlama-lama sambil memandangi hamparan sawah untuk menunggu pemanjat pohon bogor untuk mengambil hasilnya.
Dengan angin sepoi-sepoi dan suara daun pohon bogor yang tertiup angin menambah syahdunya para pengunjung. Hampir tiap Bulan Puasa Pedak menjadi buruan para muda mudi untuk berwisata sambil mencari legen untuk dibawa pulang persiapan berbuka puasa bersama.
Salah satu pemilik lapak di persawahan Sukimi menjelaskan setiap sore harinya ia bisa menjual 5 sampai 10 botol Aqua besar untuk para pemburu minuman khas Rembang itu. ia memiliki hampir 200 pohon yang diambil niranya.
Sementara itu pemanjat legen asal desa bencili Samijan mengatakan untuk masa pandemi ini penghasilannya agak turun idak seperti tahun sebelum masa pandemi biasanya ia menjula 15 sampai 25 bumbung. namun sekarang hanya laku 10 bumbung.
Juliati pelanggan Samijan asal desa babagan lasem saat ditemui Suara Javaindo mengatakan legen desa pedak rasanya memang enak dan beda dengan legen desa lain. mungkin karena faktor tanah juga bisa mempengaruhinya. “jelasnya. Saya biasa mengambil legen di mbah Samijan 10 samapi dengan 15 botol dan saya bawa pulang untuk kami jual kembali desa kami,”tuturnya. Sigit (SJ).