11 Desember 2023

Beranda » Adiwiyata Dalam Perspektif Al-quran

Adiwiyata Dalam Perspektif Al-quran

5 min read
           

SUARAJAVAINDO.COM. SEMARANG

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan  sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kam yang berfikir”.
(QS. Al-Ra’d : 4).

Dalam Al-Qur’an manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai khalifah di muka bumi yang memiliki tugas dan kewajiban menjaga, merawat serta mewujudkan kemakmuran di atas permukaan bumi.  Berbagai upaya yang dilakukan oleh manusia dalam memakmurkan bumi pada dasarnya merupakan manivestasi dari fungsi manusia sebagai ‘abid hamba), yaitu beribadah (menyembah) hanya kepada Allah. 

Ibadah tidak hanya diartikan sebagai rangkaian ritual yang bersifat rutinitas dan formalistik, tetapi lebih pada penghayatan dan pengamalan dari rasa syukur dan kecintaan seorang hamba kepada Rabb-nya. Sehingga setiap hembusan nafas, setiap ayunan langkah kaki, setiap tetesan keringat yang mengucur ke bumi dan semua aktivitas yang dilakukan merupakan manifestasi dari penghambaan diri kepada Sang Pencipta (al-Khalik) Rab semesta alam.

Allah SWT menciptakan bumi, langit, dan segala isinya diperuntukkan bagi manusia supaya dikelola, diberdayakan, dan dimanfaatkan bagi kemaslahatan hidup orang banyak. Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang sains berkaitan dengan fenomena alam semesta, bahkan jumlahnya melebihi ayat-ayat yang membahas masalah fiqih. Ayat-ayat yang berkaitan dengan alam semesta (kauniyah), jika dicermati dan dikaji sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah Swt akan menjadi sumber isnpirasi dan sumber Riset Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi/ IPTEK. Ayat-ayat kauniyah selalu diakhiri dengan kalimat yang bersifat tantangan kepada manusia untuk berpikir mempergunakan akal (‘aql) dan hati (qulb/fu’ad).

Berkaitan dengan kegiatan ADIWIYATA di SMA Negeri 4 Semarang yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat sekolah yang peduli dan juga berbudaya lingkungan dengan menciptakan kondisi yang lebih baik bagi sekolah untuk menjadi wadah pembelajaran dan juga penyadaran segenap warga sekolah diantaranya para siswa, guru, orang tua/ wali murid, komite dan lingkungan masyarakat demi terciptanya upaya pelestarian lingkungan hidup.

Hal ini relevan dengan konsep Al-Quran yang membahas tentang pelestarian lingkungan hidup, pemuliaan tanah,konservasi air, udara,
penghematan sumber energi listrik dan kebersihan lingkungan. Allah Swt menciptakan permukaan bumi pada bagian-bagian yang berdampingan, ada dataran tinggi (pegunungan), dataran rendah (lembah), rawa/sungai/laut.

Perbedaan bagian permukaan bumi ini walaupun tanaman disirami dengan air yang sama, tetapi akan menghasilkan buah dan rasa yang berbeda.
Hal ini dapat dilihat pada QS. Al-Ra’d/13 : 4, yang artinya:
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”. (Q.S. Al-Ra’d/13 : 4).

Air memegang peran penting dalam kehidupan, ketersediaan air yang cukup akan berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Tanah yang dikelola dengan baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan subur, sebaliknya tanah yang tidak baik, gersang sejak awal atau karena kerusakan sebagai akibat dari salah kelola karena ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab akan menyebabkan tanaman kekurangan nutrisi dan tumbuh merana. Hal ini dapat dilihat pada QS. Al-A’raf : 57-58, yang artinya:
57.  “Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”.

  1. “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.

Dalam ayat yang lain, Allah Swt berfirman, yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit). dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan, dan pohon kayu ke luar dari Thursina (pohon zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang makan”. (QS. Al-Mu’minun: 17-20).

Masih banyak ayat-ayat lain yang membahas tentang cara pengelolaan sumber daya alam ( SDA ) yang tersebar pada beberapa surat dalam Al-Qur’an yang fungsinya masing-masing untuk kemaslahatan umat di muka bumi.  Hal ini dapat dilihat pada QS. Al-Baqarah/2: 267, yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Al-Baqarah/2 : 267)

Bagi setiap manusia juga harus memperhatikan pengolahan hasil Sumber Daya Alam ( SDA ), sangat dianjurkan untuk menyimpan sebagian hasilnya sebagai persedian untuk mengatasi masa sulit (paceklik) dan masa pandemic covid 19 seperti sekarang ini. Hal ini digambarkan dalam kisah Nabi Yusuf AS ketika mentakwil mimpi seorang raja, bahwa akan datang satu masa paceklik tujuh tahun lamanya. Karena itu, raja harus (memerintahkan rakyatnya) untuk mengolah sumber daya alam ( SDA ) yang ada selama tujuh tahun berturut-turut hanya sebagian kecil saja hasilnya yang dikonsumsi, sebagian besar lainnya disimpan sebagai cadangan pangan ketika menghadapi masa-masa sulit.

Kisah Nabi Yusuf ini menginspirasi kita, terutama seorang pemimpin  untuk memikirkan kesejahteraan rakyatnya dari pada kepentingan pribadi dan golongannya serta tersedianya bahan kebutuhan pokok sehari hari yang murah dan mudah.

Jika pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan pemanfaatan hasilnya sesuai dengan yang ditegaskan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an, maka akan melahirkan keharmonisan seluruh penghuni alam semesta. Akan tetapi Allah Swt menciptakan manusia dengan dua sifat bertentangan, Allah Swt memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih dua jalan, ada jalan kebaikan dan jalan keburukan. Jalan kebaikan menghantarkan kemaslahatan dan jalan keburukan berujung kerusakan, semuanya akan mempertanggung jawabkan pilihannya masing-masing. 

Banyak orang yang berupaya menjaga, merawat dan melestarikan bumi tempat berpijak, tempat mencari nafkah, dan tempat berteduh dengan menciptakan keselarasan dan keseimbangan ekosistem bumi. Mereka sadar bahwa menjaga dan merawat bumi dari kerusakan merupakan Amanah dan wujud dari ketauhidan seorang hamba kepada Rabb-nya. Hal ini dapat dilihat pada surat Al-A’raf : 56, yang artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.  

Akan tetapi ada juga orang yang mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, serakah, dan kesewenang-wenangan sampai melampaui batas kewajaran, sehingga menimbulkan kerusakan yang berdampak buruk terhadap keberlangsungan hidup ekosistem bumi. Bencana terjadi di mana-mana sebagai akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Hal ini dapat dilihat pada surat Ar-Rum/ 30: 41 yang artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”. 

Dari dua sifat yang bertentangan yang dimiliki manusia inilah memunculkan tanggung jawaab baru bagi para pencinta, pemerhati lingkungan hidup dengan cara menyadarkan , mengedukasi, bertanggung jawab dan menanamkan nilai-nilai karakter kebaikan.

Allah SWT memerintahkan kepada semua manuasia untuk menebarkan kebaikan dan kasih sayang kepada semua yang ada dimuka bumi baik kepada sesama manausia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan yang dimaknai dengan menanamkan nilai-nilai kesantunan, humanis, peduli terhadap lingkungan serta upaya untuk menumbuhkan kesadaran hidup berbudaya lingkungan, memelihara, dan menjaga keseimbangan ekosistenm bumi, sehingga tercipta ALAM BERSERI, HARMONI SEISI BUMI.

SALAM INSPIRATIF,
A.ROFIQ GPAI SMA N 4 SEMARANG